Pages

Kamis, 29 Oktober 2009

MULTI CHAPTER STORY "Gerimis Mengantarku Pulang" PART 1

Saffina...
nama yg indah. dan dia adalah sahabatku.

sudah 2 tahun dia terbaring di atas dipan rumah sakit. semenjak dokter memvonis nya dengan penyakit mematikan. Leukimia.

penyakit yang mengalir dalam darahnya terus menggerogoti tubuhnya tanpa ampun. "Beruntung dia masih bisa bertahan sampai saat ini." ujar dokter andre. perkataan itu terasa sangat menusuk bagiku. aku mengartikannya sebagai "seharusnya tuhan mengakhiri kesengsaraannya lebih cepat."

Saffina selalu memberikan senyuman padaku saat aku datang mengunjunginya. entah itu senyuman riang atau senyuman lembut. aku tidak pernah melihatnya menangis walaupun aku tahu dia kesakitan.

aku terakhir kali datang mengunjunginya pada akhir minggu lalu. dan hari ini, aku berniat untuk mengunjunginya lagi.

"hei aira!" saffina memberiku senyuman riang seperti biasanya. "haloo, gmana hari ini? baikan?" aku meletakkan barang bawaanku di meja sebelah dipan; buah apel kesukaan saffina.mata saffina yg melihat bawaanku langsung berbinar2 "apel.." gumamnya "iya udah agak mending... untuk hari ini...". entah hanya perasaanku atau apa, sekilas tatapan mata saffina berubah sendu.

saffina memalingkan muka ke arah jendela "airaaa... aku ingin keluar... sekalii saja. rasanya pengap lama2 di sini" rengek saffina.aku melihat ke arah jendela. dan yg kulihat adalah awan mendung " di luar mau hujan." ujarku. "tapi aku ingin keluar~~" ujarnya memelas. "di sini saja ya? sebentar lagi hujan turun" aku bersikeras. saffina cemberut dan kembali menatap langit lewat jendela kamarnya.

hening cukup lama. akhirnya saffina membuka percakapan "mmm.. aira..." panggilnya. suaranya tenang dan lembut. aku menoleh, merasakan sesuatu yang janggal pada nada suara saffina "hm? ada apa?". saffina masih menatap lagit mendung itu "aku ingin... di hari terakhirku nanti hujan gerimis mengantarku pulang..." ujarnya sambil tersenyum. aku terpaku mendengar kata2 nya. lalu dengan tenang saffina meneruskan ucapannya "gerimis akan membuatku tidak bisa melihat air mata yang keluar dari mata sendu org2 yang kusayangi." lalu saffina menoleh kearahku. seulas senyum masih tersungging di bibirnya. "aku..." aku bingung menanggapi kata2nya "aku... aku tidak akan menagis saat hari itu datang." aku hanya bisa berjanji. "terimakasih" senyum saffina makin lebar, sementara itu aku berharap hari itu tidak akan pernah datang, walaupun aku tahu hari itu pasti tiba juga..

0 komentar:

Posting Komentar