Pages

Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 November 2010

dunia

ya...
ini adalah duniaku..
dimana nyata terperosok dalam gelapnya maya
berbaur.. bersatu dan terikat bersama

benar...
ini adalah duniaku...
dimana seonggok impian dan harapan menjadi usaha
tetapi tetap di pandang tak berharga...

di dunia yang dingin ini..
aku tersisih menepi.
mendekap asa dengan hati
walau sadar tidak berarti

di dalam duniaku kini..
impian telah mati.


ruchii
11.11.10
00.17


lagi2 bikin puisi galau bgini.. kacau

Senin, 25 Oktober 2010

gadis kecil dan harapan kosong

seorang gadis kecil
menunggu sendirian takdirnya
menatap kosong ke dalam kabut pekat
menanti tanpa tahu apa yang akan selanjutnya terjadi

diam..
mematung..
berdoa..
berharap..
terus menunggu..

sepasang sayap kelabu..
terbentang di belakang punggungnya yang ringkih
menunggu untuk di kepakkan
terbang ke awan, menembus angan..

tetapi.. sayang..
tenaganya bahkan tak cukup
untuk membawa kedua sayap itu bersamanya..

kemudian...

jatuh...
terkulai..
pilu...
bersama keputus asaan..


ruchii, [25.10.10]



yak dengan gejenya saya nulis puisi malam2 di kala insom tiba..

entah kenapa berkesan galau gini yak? ahahahahah

Rabu, 13 Oktober 2010

beautifully written words

‘If only destiny didn’t met us up,

This dying would be much easier,

I think I wouldn’t,

Felt too hurt,

Cried too much,

But If I haven’t met you,

I’ll never have the chance,

To feel and understand,

The meaning of warmth,

Joy and Happiness

And most of all, Friendship.

Thank you…’ (edited From Koizora)

Jumat, 30 Oktober 2009

PUISI "Kau Beri Apa Hari Ini?"

Semesta bertanya pada matahari: “apa yang kau bawa hari ini?”
Matahari menjawab, “Harapan.”

Matahari menyapa bumi: “apa yang akan kau berikan hari ini?”
Bumi menjawab, “Kekuatan.”

Bumi berkata pada kabut pagi: “apa yang akan kau sebarkan hari ini?”
Kabut menjawab, “Ketenangan.”

Kabut melirikku dan berbisik: “apa yang akan kau ciptakan hari ini?”
Aku yang dari tadi memperhatikan pembicaraan mereka menggeleng.
Aku menjawab, “Entahlah. Aku tidak sehebat kalian.
Kurasa menciptakan secercah senyuman di wajah seorang teman adalah yang terbaik dan tertulus yang dapat kulakukan.”

Maka aku berpaling padamu dan berucap:
“Halo, kawan, hadirnya dirimu telah memberikanku harapan, kekuatan dan ketenangan.”
Entah kenapa, senyum itu hadir di wajahku lebih dulu.